Prof H Jalaluddin menilai almarhum sebagai ulama kuat yang menjadi pola umat Isl Selamat Jalan KH M ZEN SYUKRI - Ulama Panutan Negarawan
Prof H Jalaluddin menilai almarhum sebagai ulama kuat yang menjadi pola umat Islam dan menjadi panutan pemimpin di Indonesia.“Beliau sosok ulama besar dan muridnya banyak.


Sebagai tokoh NU dia sesuai dengan muqimushalah.Beliau juga mendirikan nilai keteladanan Rasul dalam kehidupan sehari- hari,”ungkapnya. Secara eksklusif KH M Zen Syukri memberi warna dalam kehidupan Prof H Jalaluddin sebab KH M Zen Syukuri mempunyai perilaku moderat dan tidak memihak.“Masyarakat Sumsel kehilangan sosok panutan yang setia menjalankan sunah Rasul.Kata-kata bijaknya selalu didengar masyarakat,” tutur mantan Rektor IAIN Raden Fatah Palembang ini.

Wakil Ketua DPRD Sumsel Ahmad Djauhari mengungkapkan, KH M Zen Syukri ialah pola yang baik dan tidak pernah berpihak pada aliran politik tertentu.“Jadi sangat masuk akal dia selalu menjadi panutan para tokoh nasional dari semua kalangan. Beliau selalu merespons politik dengan mengajak pada kebenaran dan kejujuran.Saya juga sering meminta pendapat kepada dia selaku ulama yang saya kagumi,” ungkapnya.

Ahmad mengungkapkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dekat dengan almarhum dan SBY diakui sebagai anak angkatnya. Keteladanan politik KH M Zen Syukri itu kuat besar terhadap kepentingan bangsa. “Almarhum selalu mengajak politisi untuk berpolitik secara kasatmata dan mengutamakan kepentingan bangsa,” katanya.

Semasa hidupnya kiai NU ini tidak hanya cerdas dalam bidang keislaman,tapi punya imbas sangat luas secara nasional.Sebelum menjadi presiden, almarhum Abdurrahman Wahid atau Gus Dur,Megawati Soekarnoputri,dan Presiden SBY kerap ke Palembang untuk meminta restu dan pinjaman kiai sepuh Palembang ini. Hubungannya dengan Megawati,melaluiTaufiq Kiemas,karena sama-sama asal Palembang.

Kedekatan dengan SBY dibangun pada dikala SBY menjabat Pangdam Sriwijaya yang bermarkas di Palembang. Dari sanalah kekerabatan mereka akrab. KH M Zen Syukri lahir pada 1919.Hidup di lingkungan keluarga santri kelas menengah di Kota Palembang pada zamannya,membuat pendidikannya memadai,terutama dalam bidang agama. KH M Zen Syukri muda menamatkan madrasah tsanawiyah pada 1935,kemudian melanjutkan pendidikan di Pesantren Tebuireng,Jombang, Jawa Timur.

Pada periode ini KH M Zen Syukri mengabdi sebagai khadam kepada KH Hasyim Asy’ari. Hanya dalam waktu tiga tahun KH M Zen Syukri berhasil menamatkan pengajian aneka macam kitab dan menguasai banyak ilmu-ilmu agama. Pada tahun 1939 Kiai Hasyim harus rela melepaskan santri kesayangannya itu untuk kembali ke Kota Palembang dengan tujuan membuatkan fatwa ahlusunnah waljamaah di wilayahnya serta menggerakkan NU di daerah Sumatera.

Kemudian pada 1943 almarhum dipilih sebagai Ketua Tanfidziyah NU Cabang Palembang. Oleh pengabdian dan kedalaman ilmunya,pada tahun 1950 KH M Zen Syukri menerima penghormatan sebagai pengajar di Masjid Agung Palembang.

Hingga masa tuanya mendiang banyak berdakwah dan melaksanakan aneka macam kegiatan sosial.Khusus untuk Minggu pagi almarhum memperlihatkan pengajian umum di Masjid Agung Palembang semenjak 1950.
(sumber: Seputar Indonesia)

Comments/disqusion
No comments